Home » , , , » usaha rumahan

usaha rumahan

Written By Unknown on Rabu, 23 Januari 2013 | 19.08

usaha rumahan dan respon tetangga

Beberapa hari yang lalu, Om Nh menurunkan dua tulisan sekaligus dalam dua blog beliau dengan tema yang sama. Pada blog TOT Voice, beliau menuliskan tentang 3 jenis usaha bisnis yang dilakoni tetangga yang jika boleh memilih, beliau tidak ingin bertetangga dengannya, yakni bengkel, ternak dan pabrik tahu. Sementara pada blog TOT Writes, beliau menuliskan tentang 3 jenis usaha bisnis tetangga yang beliau sukai, yakni warung, rumah makan dan laundry.
Sejatinya, aku juga setuju dengan pendapat beliau tersebut. Namun, aku ingin menceritakan di sini, tentang pengalamanku dari sisi pemilik usaha rumahan tersebut dan respon apa yang kami terima dari tetangga terhadapnya.
Di Duri-Riau, di rumah keluarga besarku, kami memanfaatkannya untuk usaha rumahan. Salah satu pengalaman yang tak terlupakan terkait dengan usaha rumahan ini dan respon tetangga terhadapnya adalah usaha ternak ayam.
Sebagian sahabat di sini mungkin pernah membaca tulisanku berjudul DOYOK (kalau belum, monggo dibaca ya). Di situ aku menceritakan bahwa kami pernah punya usaha keluarga berupa peternakan ayam pedaging. Usaha tersebut kami buat di halaman belakang rumah yang kebetulan berukuran lumayan luas. Usaha tersebut kami mulai sekitar awal tahun 80-an.
Awalnya, usaha tersebut tidak menimbulkan masalah apapun. Malah, melalui usaha tersebut, banyak tetangga yang terbantu, baik dari sisi ekonomi maupun kemudahan mereka mendapatkan ayam segar. Namun, setelah beberapa tahun kemudian, usaha tersebut malah menjadi masalah bagi ketenangan penciuman para tetangga. Ya.. aroma yang disebarkan oleh kandang-kandang ayam tersebut telah mengganggu para tetangga.
Apakah kami tidak memikirkan sebelumnya soal itu? Pastinya iya… Papaku berketatapan hati untuk membuat usaha tersebut setelah mempertimbangkan terlebih dahulu dampak-dampak lingkungannya.
Rumah kami tersebut sesungguhnya pada awalnya berada di daerah terpencil. Tetangga kiri-kanan-muka-belakang masih sangat sedikit dan berjarak. Dan lingkungan kami pun masih banyak hutan-hutan kecil yang semakin menegaskan bahwa kami tinggal di daerah terpencil. Namun, entah mengapa, lama kelamaan semakin banyak saja orang yang membeli tanah di situ dan membangun rumah. Akibatnya, daerah tempat tinggal kami menjadi daerah yang padat dan ramai.
Dengan semakin padatnya penduduk yang tinggal di lingkungan kami, maka dampak dari peternakan kami tersebut semakin terasa bagi ketenangan para tetangga. Papaku sudah menyadarinya dan berencana akan memindahkan usaha tersebut. Namun, sebelum rencana tersebut ditunaikan, tetangga sudah bertindak lebih cepat.
Secara mengejutkan, di suatu pagi, kami menemukan ayam-ayam kami mati secara berjamaah. Masih ada beberapa ekor yang hidup, namun dalam kondisi yang mengenaskan. Pemandangan tersebut tentu sangat menyayat hati. Namun, apa lagi yang bisa kami perbuat selain menerima dengan ikhlas kenyataan tersebut dan menutup usaha peternakan itu tanpa berencana membukanya kembali, meski di tempat lain.
Papaku kemudian berkata, barangkali ini cara Tuhan menegur kita untuk tidak kemaruk dalam berbisnis. Dengan membuka peternakan ayam, memang kami bisa menyuplai untuk rumah makan kami, dan biaya bisa ditekan. Dari sisi ekonomi, kami memang cukup diuntungkan. Namun, tindakan semacam itu sesungguhnya telah membuat kami bersikap monopolis dan jauh dari semangat berbagi.
Begitulah pembelajaran mahal yang kami dapatkan dari pengalaman tersebut. Dan satu lagi yang kami pelajari bahwa jika kita tidak suka dengan usaha yang dilakoni tetangga, selayaknya kita sampaikan keberatan tersebut dengan santun, bukan dengan membubuhkan racun.. :)
Nah, apakah setelah itu lantas kami kapok bikin usaha rumahan?
Ouw.. tidak sama sekali..!! Naluri pedagang kami sepertinya tidak bisa dibendung, haha… :D
Ada beberapa usaha rumahan yang  kembali dirintis orangtuaku sejak itu. Antara lain jual beli karpet dan guci antik serta warung untuk keperluan sehari-hari. Usaha warung lah yang masih bertahan sampai saat ini.
Om Nh ternyata benar.. Usaha warung sangat “aman” untuk dilakoni dalam lingkungan perumahan yang banyak tetangganya. Malah, usaha warung itu sangat membantu meringankan masalah para tentangga, baik masalah kebutuhan mendadak, maupun masalah “ekonomi” yang sering terjadi di penghujung bulan.. :D
Inilah warung kami tersebut..

Bagaimana dengan sahabat, apakah punya pengalaman dengan usaha rumahan? :)
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. MIFTAHUL 'ULUM - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by kamal
Proudly powered by Blogger